Senin, 14 November 2011

Lebaran di Jepang 30 Agustus 2011


Merayakan Idul Fitri di negeri orang memiliki cerita yang menarik sekaligus menyimpan kegetiran. Idul Fitri, yang menjadi momen untuk berkumpul bersama sanak saudara, menjadi momen yang berat bagi mereka yang berada jauh dari sanak famili. Keinginan bersilaturahmi, sembari menikmati berbagai hidangan khas hari raya, menjadi sulit dilakukan.
Di Jepang, yang notabene bukan negara muslim, kita tidak dapat menyerap nuansa Ramadhan dan Idul Fitri secara optimal. Berbagai kebiasaan, budaya, dan pengalaman personal tentang Ramadhan di tanah air, sama sekali tidak terlihat dan dirasakan di Jepang. Tak ada takbir, tak ada adzan, dan tak ada petasan. Siaran televisipun demikian, tak ada ceramah agama, tak ada acara religius, maupun acara hiburan yang menemani sahur.
Semua aktivitas di Jepang berjalan biasa seolah tanpa apa. Apalagi Idul Fitri tahun ini jatuh di hari kerja. Mereka yang bekerja tetap memiliki kewajiban untuk masuk kerja, kecuali diijinkan cuti. Akibatnya, puasa dan lebaran di Jepang bisa berarti sebuah kesepian.
Nampaknya hal ini pula yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia yang berada di Jepang, khususnya di kota Tokyo. Oleh karenanya, setiap Ramadhan tiba, kelompok masyarakat Indonesia di Jepang berupaya menghidupkan suasana dengan berbagai kegiatan. Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII), yang merupakan organisasi masyarakat Indonesia di Jepang, menyusun berbagai kegiatan untuk menyemarakkan Ramadhan.
Masyarakat Indonesia juga bersyukur karena pihak KBRI Tokyo sangat aktif, terbuka, dan mendukung berbagai kegiatan dalam menghidupkan suasana Ramadhan dan Idul Fitri. Selain mengundang ustadz dari Indonesia, kegiatan yang dilakukan adalah juga sholat tarawih, tadarus, maupun ceramah-ceramah agama. Berbagai kegiatan tersebut dipusatkan di Balai Indonesia, Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT) yang berada di wilayah Meguro. Setiap acara dihadiri dengan antusias oleh masyarakat Indonesia.
Saat Idul Fitri tiba, Sholat Ied pun dilakukan di Balai Indonesia SRIT. Sekitar 2500 warga Indonesia datang dan tumpah ruah memenuhi tempat sholat Ied. Karena penuh dan membludak, sholat Ied pun dilakukan dalam dua sesi. Kebanyakan masyarakat Indonesia yang datang adalah para pelajar, kenshuse (pekerja magang), para perawat Indonesia yang bekerja di rumah sakit Jepang, maupun pegawai pemerintah atau profesional. Mereka datang dari berbagai wilayah di sekitar Tokyo. Salah seorang kenshushe misalnya, datang dari Shizuoka satu hari sebelumnya dan rela menginap di SRIT demi mengikuti sholat Ied.

Sholat Ied di Tokyo kali ini juga menjadi istimewa karena merupakan kali pertama bagi Duta Besar RI yang baru saja tiba, Muhammad Lutfi. Dalam sambutannya sebelum sholat dimulai, Dubes Lutfi, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala BKPM, mengangkat pentingnya kebersamaan warga Indonesia yang sedang berada di Jepang, khususnya dalam membawa nama bangsa Indonesia.
Usai sholat Ied, kegiatan beralih dari SRIT ke Wisma Indonesia, yang merupakan kediaman Duta Besar Indonesia. Seluruh warga Indonesia yang selesai melakukan sholat Ied berbondong-bondong menuju Wisma. Selain untuk bersalaman dengan Duta Besar RI yang baru beserta Istrinya, Bianca Adinegoro, mereka juga ingin mengobati kerinduan pada suasana hari raya di tanah air, baik yang terkait dengan silaturahmi maupun hidangan khasnya.

Para ibu-ibu di KBRI dengan semangat menyediakan sajian hidangan lebaran yang mendegut ludah. Mereka bekerja siang malam menyiapkan sajian untuk sekitar 3000 orang. Selain ketupat, berbagai sayur seperti gulai bambu dan sambal goreng ati juga disiapkan. Ada juga ayam goreng kampung yang diimpor langsung dari Indonesia. Rasanya lezat. Sungguh mengobati kerinduan pada hidangan tanah air.

Pak Dubes yang baru, sebagaimana Dubes sebelumnya, memang menjadikan Wisma Indonesia sebagai “rumah” bagi seluruh warga Indonesia yang berada di Jepang. Saat lebaran tiba, makna kata “rumah” itu menjadi semakin penting. Kerinduan akan tanah air bisa terobati dengan berkumpul bersama masyarakat Indonesia yang senasib dan jauh dari tanah air. Merayakan Idul Fitri memang bukan semata perkara religi, namun juga menyentuh berbagai aspek personal, sosial, maupun budaya.

foto foto masjid di Jepang

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar